Ana Sakinah, Delegasi PPAN (Pertukaran Pemuda Antar Negara) tak ada yang mencolok dari dirinya. Dengan postur tubuh sedang, dia terlihat seperti mahasiswa kebanyakan. Apalagi, gaya hijabnya yang tak terlalu “rumit”, tapi tetap terlihat anggun. Apalagi ketika berdiskusi, banyak hal yang dikuasainya. Terutama di bidang pendidikan. Dia berpikir, pendidikan di Indonesia baik mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi mesti diubah.
Oleh EKA RIANTO, Padang
indopos.co.id – Namanya, Ana Sakinah. Padang Ekspres (group indopos.co.id), berjumpa pertama kali di Fakultas Teknik UNP, Selasa (13/10) lalu. “Bang, Ana mung kin agak telat. Tadi ada urusan yang harus dibereskan,” pesan Black- Berry Massenger (BBM) Ana ketika akan berjanji wawancara. Ya, dari jadwal yang telah disepakati, Ana akan meluangkan waktu untuk wawancara pada pukul 10.00.
Namun Ana baru datang setengah jam kemudian. Ana ternyata baru pulang dari India. Wanita kelahiran Bukitgombak, 24 Juli 1993 ini merupakan delegasi PPAN 2015 ke India. Dari Sumbar, dia sendiri yang diutus bersama 20 delegator lainnya dari daerah lain di Indonesia. Dia bersama delegator lainnya berangkat pada 5 September lalu dan baru kembali 16 September.
Untuk meraih kesempatan ini, rangkaian tes yang panjang mesti dilaluinya. Seratusan mahasiswa bersaing untuk meraih kesempatan itu. Tahapan demi tahapan dapat dilalui dengan baik. Hingga akhirnya, panitia seleksi menyatakan dirinya yang menjadi perwakilan Sumbar untuk Indonesia. Sepulang dari India, dia menyadari ternyata pola dan cara pendidikan di Indonesia masih belum maksimal. Dari pengalamannya ke Universitas Jawaharlal Nehru and Indian School of Business, didapatkan ternyata anak didik terutama mahasiswa mestinya lebih aktif.
Tidak seperti kebanyakan pendidikan di Indonesia, guru atau dosen yang lebih banyak berbicara. “Di sana, mahasiswanya aktif. Bahkan, terjadi perdebatan dalam perkuliahan antara mahasiswa. Dosen nanti yang menengahi,” kata putri dari pasangan Burhanuddin dan Syafni Hartati ini. Dia melihat di Sumbar, lebih banyak dosen atau guru yang berbicara.
Sehingga siswa atau mahasiswa monoton dibuatnya. “Saya inginnya seperti itu, siswa atau mahasiswa yang lebih aktif. Seperti konsep Kurikulum 2013. Hal ini jika diterapkan akan mengubah mutu pendidikan Indo nesia lebih baik lagi,” kata mahasiwa jurusan Bahasa Inggris UNP ini. Suasana kampus di India juga mendukung. Dia tak memungkiri, sistem pembelajaran di India masih kalah jauh dibandingkan di UNP bahkan UI sekalipun.
Fasilitas dan kesempatan menimba ilmu menjadi prioritas di kampus tersebut. Meski Ana termasuk mahasiswa yang aktif berorganisasi dan berprestasi, namun dia masih mengaku masih banyak kekurangan.
Hal ini menjadi tugas dan pekerjaan rumah Ana untuk menyebarkan pengalaman dan memotivasi mahasiswa lain. Ana yang juga pernah mewakili UNP dalam lomba debat berbahasa Inggris tingkat dunia di Malaysia akhir tahun lalu ini mengkritik mahasiswa yang tidak memanfaatkan kesempatan belajar dengan baik. “Di sana tak ada namanya mahasiswa datang dan pulang. Di kampus tersebut banyak kesempatan yang bisa dimanfaatkan untuk menambah ilmu,” katanya. (*)
Sumber: http://www.indopos.co.id/